Selasa, 08 Oktober 2013

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN



A.      PERNEGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Setiap manusia pasti mengalami peristiwa pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang memiliki makna yang berbeda.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif yang mengacu pada ukuran berat, besar, panjang, atau luas yang bersifat konkret. Terkait dengan pertumbuhan pada manusia, maka hal ini dapat diartikan sebagai bertambah tinggi, bertambah berat, bertambah besar pada diri manusia secara keseluruhan maupun pada organ-organ jasmaniahnya.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif yang mengacu pada fungsi. Perkembangan pada diri manusia berarti perubahan fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan bertambahnya ukuran atau jumlah organ-organ tersebut. Dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah perubahan dan penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ jasmaniah.
Danim (2011: 8) menyatakan bahwa pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan ukuran, sedangkan perkembangan didefinisikan sebagai kemajuan menuju kedewasaan. Penggunaan kedua istilah tersebut secara bersamaan, yakni “pertumbuhan dan perkembangan memiliki makna yang kompleks yang berkaitan dengan masalah fisik, mental, maupun emosional.

B.       TEORI DASAR PERKEMBANGAN
Terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Sehubungan dengan hal tersebut, sebelum membahas lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia,  berikut ini akan dikemukakan empat macam teori dasar perkembangan yang biasa disebut sebagai aliran klasik dalam pendidikan (Tirtarahardja dan La Sulo, 2008: 193).

1.      Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh seorang filosof Perancis J. J. Rousseau. Ia berpendapat bahwa setiap anak dilahirkan dengan pembawaan baik. Pembawaan baik nini justru akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan atau karena pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa. Oleh karena itu pendidikan anak sebaiknya diserahkan sepenuhnya kepada alam atau membiarkan anak agar tumbuh dan berkembang secara alami. Dengan kata lain pendidikan sama sekali tidak diperlukan.

2.      Aliran Nativisme
Nativisme (nativism) merupakan doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama alairan ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860). Nama aliran ini diambil dari kata nativus yang berati bakat. Para penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata ditentukan oleh bakat atau pembwaannya sejak lahir. Dalam hal ini pendidikan, pengalaman, atau lingkungan sama sekali tidak berpengaruh apapun terhadap perkembangan manusia. Para pendukung nativisme beranggapan bahwa bakat yang diwarisi dari orang tua (yang dimiliki sejak lahir) berpengaruh mutlak terhadap perkembangan manusia. Mereka biasanya menunjuk berbagai kesamaan atau kemiripan antara pihak orang tua dengan anak-anaknya. Jika orang tua ahli musik maka anaknya memiliki bakat sebagai ahli musik, seorang pelukis akan memiliki anak-anak yang berbakat untuk  menjadi pelukis pula.

3.      Aliran Empirisme
Tokoh utama aliran empirisme adalah John Locke (1632 -1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empiricism” (aliran empirisme Inggris). Aliran ini lebih berpengaruh kepada para pemikir Amerika Serikat sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat yang bernama “enverionmentalisme” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Reber: 1988).
Doktrin aliran empirisme yang amat populer adalah teori “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (balnk state/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata berbantung pada pengalaman, lingkungan, dan pendidikannya, sedangkan bakat atau pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya sama sekali.Para penganut aliran empirisme beranggapan bahwa setiap anak terlahir seperti tabularasa, dalam keadaan kosong, tak punya bakat apapun. Bagaimana jadinya anak di kemudian hari sangat tergantung pada pengalaman, lingkungan, dan pendidikannya.
4.      Aliran Konvergensi
Aliran Konergensi merupakan gabungan antara aliran nativisme dan aliran empirisme. Tokoh utama aliran ini adalah Louis William Stern (1871-1938) seorang filosof dan psikolog yang berasal dari Jerman. Stern menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan/keturunan) dan lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia.
Aliran filsafat yang dipelopori Stern disebut “personalisme”, yakni sebuah ppemikiran filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-disiplin ilmu yang berkaitan dengan manusia. Di antara disiplin ilmu yang menggunakan azas personalisme adalah “personologi” yang mengembangkan teori komprehensif (luas dan lengkap) mengenai kepribadian manusia (Reber: 1988).
Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa faktor-faktor lingkungan maupun pembawaan sama-sama memiliki pengaruh terhadap perkembangan manusia. Seorang anak dilahirkan di dunia ini sudah disertai dengan pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Selanjutnya faktor pembawaan maupun faktor lingkungan (termasuk pengalaman dan pendidikan) sama-sama memiliki peran penting dalam perkembangannya (Syah, 2008: 43-48). Faktor pembawaan saja tanpa dukungan faktor lingkungan, tidak akan dapat menghantarkaan seorang anak manusia untuk mencapai perkembangan maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya lingkungan saja tanpa adanya bakat atau pembawaan, juga tidak mungkin dapat menghantarkan anak pada perkembangan yang maksimal.

C.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu dapat yang berasal dari dalam dirinya (internal),  ada pula yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Faktor internal adalah segala sifat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang berasal dari keturunan (hereditas), sedangkan faktor eksternal adalah segala difat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang diperoleh dari lingkungan. Di antara kedua faktor tersebut, ada pula sifat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang berasal dari interaksi antara faktor hereditas dengan faktor lingkungan.


1.      Faktor Hereditas
Faktor hereditas dapat dikatakan sebagai faktor internal dan disebut juga sebagai faktor keturunan atau pembawaan, yaitu segala ciri, sifat atau kemampuan yang dimiliki individu sejak kelahirannya dan diterima sebagai turunan atau warisan dari orang tuanya. Hereditas atau pembawaan ini dapat debedakan menjasi dua kategori, yaitu:
a.    Pembawaan fisik
Pembawaan fisik seperti bentuk hidung, warna kulit, bentuk rambut, mata, telinga, dan sebagainya merupakan pembawaan yang bersifat menetap (permanent state). Sifat atau ciri pembawaan fisik ini secara alami tidak dapat dapat dirubah atau bersifat menetap. Kalaupun ada perubahan fisik yang dapat dibentuk melalui olah raga sehingga badan menjadi kekar, tegap dan sebagainya, maka hal demikian ini tidak dapat dianggap sebagai perubahan fisik dalam arti yang sebenarnya karena perubahan yang terjadi tidak menghilangkan sifat-sifat aslinya. Adapun perubahan karena operasi, kecelakaan, dan sebagainya tidak termasuk tidak termasuk dalam pembahasan ini karena sifatnya yang tidak alamiah.

b.      Pembawaan Psikis
Pembawaan psikis (kejiwaan) merupakan pembawaan individu yang bisa berubah (temporary state). Termasuk dalam pembawaan psikis ini antara lain intelegensi (kecerdasan), bakat, sifat periang, pemberani, penakut, dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan faktor pembawaan yang kemungkinan besar dapat berubah melalui interaksi dengan lingkungannya.
Kemampuan psikis yang sering dipandang sebagai faktor pembawaan yang bersifat menetap adalah intelegensi dan bakat. Intelegensi merupakan kemampuan atau kecerdasan yang bersifat umum sedangkan bakat merupakan kemampuan yang bersifat khusus. Kemampuan bersifat khusus yang dipandang sebgai bakat misalnya bakat dalam bidang olah raga, seni, bahasa, ekonomi, teknik, dan sebagainya (Sukmadinata, 2009: 46). Pada dasarnya semua pembawaan psikis itu dapat berubah. Sebagaimana setiap individu terlahir dengan potensi baik dan buruk, maka setiap individu juga dilahirkan dengan sejumlah potensi yang  melalui interaksi dengan lingkungan, hanya saja signifikansi perubahan itu sangat tergantung pada besar atau kecilnya potensi atau pembawaan yang dimiliki oleh individu.

2.      Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Pertumbuhan dan perkembangan individu bukanlah semata-mata terjadi sebagai proses internal pada dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut justru sebagian besar terjadi karena interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah segala faktor yang terlibat serta berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Lingkungan sebagaimana dimaksud mungkin saja ada di sekitar individu, mungkin juga barada jauh dari ndividu, berada pada saat ini, pada masa yang telah lama berlalu, lingkungan yang efektif maupun lingkungan yang tidak efektif. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan alam atau geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, keamanan, keamanan dansebagainya. Berikut ini dikemukakan gambaran singkat tentang bagaimana faktor-faktor lingkungan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

a.       Faktor Alam atau Geografis
Ligkungan alam atau geografis di mana individu tinggal akan berpengaruh terhadap terhadap perkembangan dan perilaku individu. Seseorang yang lahir dan dibesarkan di daerah pegunungan akan memiliki sifat-sifat dan kecakapan untuk mengatasi tantangan di daerah tersebut. Kondisi alam daerah pertanian yang relatif sunyi, jauh dari kebisingan akan membentuk individu-individu memiliki kebiasaan berbicara pelan dan memiliki berbagai keterampilan yangberkaitan dengan bidang pertanian. Berbeda dengan individu-individu yang terlahir dan besar di daerah pegunungan, mereka yang terlahir dan dibesarkan didaerah pantai yang selalu bising dengan suara ombak, biasanya mereka memiliki kebiasaan bicara keras dan memiliki keterampilan yang banyak berkaitan dengan bidang kelautan. Demikian pula mereka yang tumbuh dan berkembang di daerah berslju, daerah gurun, daerah tandus dan sebagainya, maka mereka akan tumbuh dan berkembang, memiliki kebiasaan, ketahanan tubuh, serta keterampilan hidup yang diperlukan atau sesuai dengan tantangan alam dan kondisi geografis di lingkungan mereka masing-masing.
b.      Faktor Sosial
Sesuai dengan kodratnya, manusia adalah makhluk sosial di mana ia tidak akan dapat hidup sendirian tanpa membutuhkan atau berhubungan dengan orang lain. Faktor-faktor yang menyangkut hubungan seorang manusia dengan manusia lainnya inilah yang disebut dengan lingkungan sosial. Hubungan yang terjadi dapat berbentuk hubungan antara individu dengan individu, hubungan antara individu dengan kelompok, atau hubungan atntara kelompok dengan kelompok. Hubungan juga dapat berlangsung dalam berbagai situasi, seperti situasi kekeluargaan, situasi kedinasan, situasi belajar, dan sebagainya. Situasi sosial di mana individu berada tentu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Individu yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sosial yang diwarnai gotong royong dan kebersamaan akan memiliki karakteristik yang berbeda dari individu yang tumbuh di lingkungan yang diwarnai dengan kompetisi atau persaingan.
Termasuk dalam lingkungan sosial ini adalah lingkungan keluarga yang merupakan unsur pertama dan utama serta paling berpengaruh terhadap perkembangan individu. Dalam lingkungan keluarga inilah, individu pertama-tama mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan dan latihan. Keluarga bukan hanya menjadi tempat di mana individu dilahirkan, dipelihara, dan dibesarkan, melainkan juga menjadi tempat individu hidup dan dididik untuk pertama kalinya. Apa yang diperoleh individu dalam kehidupan keluarga akan menjadi dasar bagi perkembangan individu pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai prototipe masyarakat luas. Semua aspek sosial kemasyarakatan ada dalam lingkungan keluarga, seperti politik, ekonomi, keamanan, kesehatan, agama, budaya, dan aspek pendidikan.

c.       Faktor Budaya
Lingkungan budaya merupakan lingkungan yang berkenaan dengan segala hasil kreasi manusia, baik hasil kreasi yang konkrit maupun yang abstrak, berupa benda, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan-aturan, lembaga-lembaga, adat kebiasaan, dan lain-lain. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan membudaya. Mereka bukan saja meenerima, turut melestarikan, menikmati, dan memanfaatkan hasil-hasil kebudayaan, tetapi juga menciptakan kebudayaan. Dalam proses berbudaya dan membudaya inilah individu berkembang dan berperilaku. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia terlahir dengan beberapa kelebihan di antaranya adalah kemampuan berpikir, berinteraksi, berkreasi, dan bermoral. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki manusia itulah yang melatarbelakanginya untuk selalu berkembang jauh lebih tinggi melampaui makhluk-makhluk yang lain.
Tingginya tingkat peradaban manusia ditandai oleh kemajuan kebudayaan yang dapat mereka capai. Perkembangan kebudayaan dapat menjadi tolok ukur dari kemajuan peradabannya. Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, manusia yang menciptakan, melestarikan, dan membesarkan kebudayaan di manapun mereka berada. Manusia dibesarkan dalam kebudayaan sekaligus membesarkan kebudayaan di mana mereka berada. Kegiatan individu bukan saja memanifestasikan ciri-ciri dan sifat-sifat pribadi dari individu tersebut melainkan juga memanifestasikan kebudayaan lingkungannya.

d.      Faktor Politik dan keamanan
Lingkungan politik dan keamanan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan individu. Keduanya mempunyai pengaruh yang tidak kalah besarnya dibandingkan dengan lingkungan yang lain terhadap perkembangan individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jerman, anak-anak dan remaja serta yang masih dalam kandungan ketika terjadi perang dunia sebagian besar menderita stress dan kegugupan. Sebagian besar atau mungkin juga seluruh anak-anak dan pemuda Palestina memiliki rasa benci terhadap Israel. Kedua contoh tersebut menunjukkan pengaruh lngkungan keamanan maupun politik terhadap perkembangan dan pribadi individu (Sukmadinata, 2009:51).

e.       Faktor Agama
Bagi orang-orang yang taat beragama, lingkungan keagamaan memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan lingkungan yang lain. Hal demikian karena kepatuhan terhadap ketentuan agama bukan hanya dilatarbelakangi oleh kebiasaan, peniruan, penyamaan diri, rasa senang, dan rasa bangga sebagaimana yang terjadi pada lingkungan sosial maupun budaya, melainkan karena adanya keharusan dan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban agama. Oleh karena itu pemahaman terhadap perilaku dan perkembangan individu perlu dilengkapi dengan pemahaman terhadap kehidupan dan lingkungan keagamaan dari individu yang bersangkutan. Cara-cara beribadat dengan berbagai macam ritual keagamaan serta berbagai bentuk manifestasi keyakinan dan kepercayaan akan memberi warna terhadap kepribadian dan perilaku individu penganutnya.

Faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal yang dpat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu tentu sangat luas sekali. Apa yang telah digambarkan sebagaimana tersebut di atas tentu belumlah mencakup kesemuanya. Sekalipun demikian, hal tersebut cukuplah untuk memberi gambaran bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor eksternal (lingkungan). Keduanya, baik faktor internal (hereditas) maupun faktor eksternal (lingkungan) sama-sama memiliki peran dan pengaruh dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan individu.

D.      PRINSIP-PRINSIP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Prinsip-prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan atau patokan generalisasi mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangandalam diri manusia.
Hurlock (1991) mengemukakan prinsip-prinsip yang merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut:

1.      Ada perubahan
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Manusia selalu berubah dan mengalami perubahan sejak masa pembuahan hingga datangnya kematian. Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak,  kemudian mengalami kemunduran.

2.      Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan berikutnya
Lingkungan tempat anak menghabiskan masa kecilnya memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan serta mempengaruhi sikap dan perilaku individu sepanjang hidupnya. Bukti-bukti yang mendukung teori ini antara lain:
a.       Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembangan individu
b.      Dasar awal lebih cepat menjadi pola kebiasaan. Hal ini tentu akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi individu
c.       Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut dianggap salah
d.      Semakin dini dilakukan upaya perubahan, maka semakin mudah bagi individu untuk mengadakan perubahan terhadap dirinya.

3.      Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Perkembangan individu sangat diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik.

4.      Pola perkembangan dapat diramalkan (diprediksi)
Perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudle yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki yang berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua yaitu proxmodistle  perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seseorang didahului oleh ketrampilan lengan.

5.      Pola perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan (diprediksi)
Karateristik tertentu dalam perkembangan, baik perkembangan fisik maupun mental dapat diramalkan. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya. Perkembangan tergantung kepada pematangan dan pembelajaran. Pematangan mengacu pada karakteristik sekuensial pertumbuhan biplogis dan perkembangannya. Perubahan biologis terjadi dalam urutan dan memberikan individu kemampuan baru. Perubahan otak dan sistem syaraf sebagian besar menentukan pematangan. Perubahan-perubahan dalam otak dan sistem syaraf individu membantu meningkatkan kemampuannya dalam berpikir (kognitif) dan motorik (fisik) atau keterampilan. Individu harus terlebih dulu matang dalam keterampilan tertentu sebelum dapat berkembang mengakuisisi keterampilan baru. (Danim, 2011: 13-14).

6.      Terdapat perbedaan individual dalam pertumbuhan dan perkembangan
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua individu, namun setiap individu akan megikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri. Sebagian individu berkembang dengan normal, bertahap langkah demi langkah, Sementara itu sebagian yang lain berkembang dengan kecepatan yang melebihi batas normal, dan sebagaiannya berkembang sangat lambat atau terjadi penyimpangan. Perbedaan terjadi karena setiap individu memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Selain itu faktor lingkungan yang berbeda-beda juga turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu.

7.      Setiap perkembangan memiliki bahaya potensial
Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola yang normal. Gangguan dapat terjadi karena faktor internal (dari dalam diri individu sendiri) dan ada pula karena faktor eksternal (liingkungan). Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial sehingga pola perkembangan individu tidak meningkat tapi datar atau tidak ada peningkatan. Jika ini yang terjadi, maka dapat dikatakan bahwa individu yang bersangkutan sedang mengalami gangguan penyesuaian atau ketidakmatangan.

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan, 2011, Perkembangan Peserta Didik, Bandung: ALFABETA
Hurlock, Elizabeth B, 1991, Child Development, New York:Mc Graw Hill Book Company
Reber, Arthur S., 1988, The Penguin Dictionary of Psychology, Ringwood Victoria: Penguin Books Australia Ltd.
Sukmadinata, 2009, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin, 2008, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tirtarahardja, Umar dan. S.L. La Sulo, 2008, Pengantar Pendidikan”, Penerbit Rineka Cipta Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar