A.
PERNEGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Setiap
manusia pasti mengalami peristiwa pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan dua hal yang memiliki makna yang berbeda.
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan
kuantitatif yang mengacu pada ukuran berat, besar, panjang, atau luas yang
bersifat konkret. Terkait dengan pertumbuhan pada manusia, maka hal ini dapat
diartikan sebagai bertambah tinggi, bertambah berat, bertambah besar pada diri
manusia secara keseluruhan maupun pada organ-organ jasmaniahnya.
Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif yang mengacu pada
fungsi. Perkembangan pada diri manusia berarti perubahan fungsi organ-organ
jasmaniah dan bukan bertambahnya ukuran atau jumlah organ-organ tersebut. Dapat
dikatakan bahwa perkembangan adalah perubahan dan penyempurnaan fungsi
psikologis yang disandang oleh organ-organ jasmaniah.
Danim (2011: 8) menyatakan bahwa
pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan ukuran, sedangkan perkembangan
didefinisikan sebagai kemajuan menuju kedewasaan. Penggunaan kedua istilah
tersebut secara bersamaan, yakni “pertumbuhan dan perkembangan” memiliki makna yang kompleks yang berkaitan
dengan masalah fisik, mental, maupun emosional.
B.
TEORI DASAR
PERKEMBANGAN
Terdapat
perbedaan pendapat dikalangan para ahli terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Sehubungan dengan hal tersebut,
sebelum membahas lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia, berikut ini akan dikemukakan
empat macam teori dasar perkembangan yang biasa disebut sebagai aliran klasik
dalam pendidikan (Tirtarahardja dan La Sulo, 2008: 193).
1.
Aliran
Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh seorang
filosof Perancis J. J. Rousseau. Ia berpendapat bahwa setiap anak dilahirkan
dengan pembawaan baik. Pembawaan baik nini justru akan menjadi rusak karena
pengaruh lingkungan atau karena pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa.
Oleh karena itu pendidikan anak sebaiknya diserahkan sepenuhnya kepada alam
atau membiarkan anak agar tumbuh dan berkembang secara alami. Dengan kata lain
pendidikan sama sekali tidak diperlukan.
2.
Aliran Nativisme
Nativisme (nativism)
merupakan doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran
psikologis. Tokoh utama alairan ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860).
Nama aliran ini diambil dari kata nativus yang berati bakat. Para
penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata
ditentukan oleh bakat atau pembwaannya sejak lahir. Dalam hal ini pendidikan,
pengalaman, atau lingkungan sama sekali tidak berpengaruh apapun terhadap perkembangan
manusia. Para pendukung nativisme beranggapan bahwa bakat yang diwarisi dari
orang tua (yang dimiliki sejak lahir) berpengaruh mutlak terhadap perkembangan
manusia. Mereka biasanya menunjuk berbagai kesamaan atau kemiripan antara pihak
orang tua dengan anak-anaknya. Jika orang tua ahli musik maka anaknya memiliki
bakat sebagai ahli musik, seorang pelukis akan memiliki anak-anak yang berbakat
untuk menjadi pelukis pula.
3.
Aliran
Empirisme
Tokoh utama aliran empirisme adalah
John Locke (1632 -1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British
Empiricism” (aliran empirisme Inggris). Aliran ini lebih berpengaruh kepada
para pemikir Amerika Serikat sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat yang
bernama “enverionmentalisme” (psikologi lingkungan) yang relatif masih
baru (Reber: 1988).
Doktrin aliran empirisme yang amat
populer adalah teori “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang
berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (balnk state/blank tablet).
Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan
pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata berbantung pada
pengalaman, lingkungan, dan pendidikannya, sedangkan bakat atau pembawaan sejak
lahir dianggap tidak ada pengaruhnya sama sekali.Para penganut aliran empirisme
beranggapan bahwa setiap anak terlahir seperti tabularasa, dalam keadaan
kosong, tak punya bakat apapun. Bagaimana jadinya anak di kemudian hari sangat
tergantung pada pengalaman, lingkungan, dan pendidikannya.
4.
Aliran
Konvergensi
Aliran
Konergensi merupakan gabungan antara aliran nativisme dan aliran empirisme. Tokoh
utama aliran ini adalah Louis William Stern (1871-1938) seorang filosof dan
psikolog yang berasal dari Jerman. Stern menggabungkan arti penting hereditas
(pembawaan/keturunan) dan lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia.
Aliran
filsafat yang dipelopori Stern disebut “personalisme”, yakni sebuah ppemikiran
filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-disiplin ilmu yang
berkaitan dengan manusia. Di antara disiplin ilmu yang menggunakan azas
personalisme adalah “personologi” yang mengembangkan teori komprehensif (luas
dan lengkap) mengenai kepribadian manusia (Reber: 1988).
Para
penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa faktor-faktor lingkungan maupun
pembawaan sama-sama memiliki pengaruh terhadap perkembangan manusia. Seorang
anak dilahirkan di dunia ini sudah disertai dengan pembawaan baik maupun
pembawaan buruk. Selanjutnya faktor pembawaan maupun faktor lingkungan
(termasuk pengalaman dan pendidikan) sama-sama memiliki peran penting dalam
perkembangannya (Syah, 2008: 43-48). Faktor pembawaan saja tanpa dukungan
faktor lingkungan, tidak akan dapat menghantarkaan seorang anak manusia untuk
mencapai perkembangan maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya
lingkungan saja tanpa adanya bakat atau pembawaan, juga tidak mungkin dapat
menghantarkan anak pada perkembangan yang maksimal.
C.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu dapat yang berasal dari dalam dirinya (internal), ada pula yang berasal dari luar dirinya
(eksternal). Faktor internal adalah segala sifat atau kecakapan yang dikuasai
individu dalam perkembangannya yang berasal dari keturunan (hereditas),
sedangkan faktor eksternal adalah segala difat atau kecakapan yang dikuasai
individu dalam perkembangannya yang diperoleh dari lingkungan. Di antara kedua
faktor tersebut, ada pula sifat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam
perkembangannya yang berasal dari interaksi antara faktor hereditas dengan
faktor lingkungan.
1.
Faktor Hereditas
Faktor hereditas dapat dikatakan
sebagai faktor internal dan disebut juga sebagai faktor keturunan atau
pembawaan, yaitu segala ciri, sifat atau kemampuan yang dimiliki individu sejak
kelahirannya dan diterima sebagai turunan atau warisan dari orang tuanya.
Hereditas atau pembawaan ini dapat debedakan menjasi dua kategori, yaitu:
a.
Pembawaan fisik
Pembawaan
fisik seperti bentuk hidung, warna kulit, bentuk rambut, mata, telinga, dan
sebagainya merupakan pembawaan yang bersifat menetap (permanent state).
Sifat atau ciri pembawaan fisik ini secara alami tidak dapat dapat dirubah atau
bersifat menetap. Kalaupun ada perubahan fisik yang dapat dibentuk melalui olah
raga sehingga badan menjadi kekar, tegap dan sebagainya, maka hal demikian ini
tidak dapat dianggap sebagai perubahan fisik dalam arti yang sebenarnya karena
perubahan yang terjadi tidak menghilangkan sifat-sifat aslinya. Adapun
perubahan karena operasi, kecelakaan, dan sebagainya tidak termasuk tidak
termasuk dalam pembahasan ini karena sifatnya yang tidak alamiah.
b.
Pembawaan Psikis
Pembawaan psikis (kejiwaan)
merupakan pembawaan individu yang bisa berubah (temporary state).
Termasuk dalam pembawaan psikis ini antara lain intelegensi (kecerdasan),
bakat, sifat periang, pemberani, penakut, dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut
merupakan faktor pembawaan yang kemungkinan besar dapat berubah melalui
interaksi dengan lingkungannya.
Kemampuan psikis yang sering
dipandang sebagai faktor pembawaan yang bersifat menetap adalah intelegensi dan
bakat. Intelegensi merupakan kemampuan atau kecerdasan yang bersifat umum
sedangkan bakat merupakan kemampuan yang bersifat khusus. Kemampuan bersifat
khusus yang dipandang sebgai bakat misalnya bakat dalam bidang olah raga, seni,
bahasa, ekonomi, teknik, dan sebagainya (Sukmadinata, 2009: 46). Pada dasarnya semua
pembawaan psikis itu dapat berubah. Sebagaimana setiap individu terlahir dengan
potensi baik dan buruk, maka setiap individu juga dilahirkan dengan sejumlah
potensi yang melalui interaksi dengan
lingkungan, hanya saja signifikansi perubahan itu sangat tergantung pada besar
atau kecilnya potensi atau pembawaan yang dimiliki oleh individu.
2.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor
eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Pertumbuhan
dan perkembangan individu bukanlah semata-mata terjadi sebagai proses internal
pada dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut justru sebagian besar
terjadi karena interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan di sini
adalah segala faktor yang terlibat serta berpengaruh dalam pertumbuhan dan
perkembangan individu. Lingkungan sebagaimana dimaksud mungkin saja ada di
sekitar individu, mungkin juga barada jauh dari ndividu, berada pada saat ini,
pada masa yang telah lama berlalu, lingkungan yang efektif maupun lingkungan
yang tidak efektif. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan alam atau
geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, keamanan, keamanan dansebagainya. Berikut
ini dikemukakan gambaran singkat tentang bagaimana faktor-faktor lingkungan
tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.
a.
Faktor Alam atau Geografis
Ligkungan alam atau geografis di
mana individu tinggal akan berpengaruh terhadap terhadap perkembangan dan
perilaku individu. Seseorang yang lahir dan dibesarkan di daerah pegunungan
akan memiliki sifat-sifat dan kecakapan untuk mengatasi tantangan di daerah
tersebut. Kondisi alam daerah pertanian yang relatif sunyi, jauh dari
kebisingan akan membentuk individu-individu memiliki kebiasaan berbicara pelan
dan memiliki berbagai keterampilan yangberkaitan dengan bidang pertanian.
Berbeda dengan individu-individu yang terlahir dan besar di daerah pegunungan,
mereka yang terlahir dan dibesarkan didaerah pantai yang selalu bising dengan
suara ombak, biasanya mereka memiliki kebiasaan bicara keras dan memiliki
keterampilan yang banyak berkaitan dengan bidang kelautan. Demikian pula mereka
yang tumbuh dan berkembang di daerah berslju, daerah gurun, daerah tandus dan
sebagainya, maka mereka akan tumbuh dan berkembang, memiliki kebiasaan, ketahanan
tubuh, serta keterampilan hidup yang diperlukan atau sesuai dengan tantangan
alam dan kondisi geografis di lingkungan mereka masing-masing.
b.
Faktor Sosial
Sesuai dengan kodratnya, manusia
adalah makhluk sosial di mana ia tidak akan dapat hidup sendirian tanpa
membutuhkan atau berhubungan dengan orang lain. Faktor-faktor yang menyangkut
hubungan seorang manusia dengan manusia lainnya inilah yang disebut dengan
lingkungan sosial. Hubungan yang terjadi dapat berbentuk hubungan antara
individu dengan individu, hubungan antara individu dengan kelompok, atau
hubungan atntara kelompok dengan kelompok. Hubungan juga dapat berlangsung
dalam berbagai situasi, seperti situasi kekeluargaan, situasi kedinasan,
situasi belajar, dan sebagainya. Situasi sosial di mana individu berada tentu
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Individu yang tumbuh dan
berkembang di lingkungan sosial yang diwarnai gotong royong dan kebersamaan
akan memiliki karakteristik yang berbeda dari individu yang tumbuh di
lingkungan yang diwarnai dengan kompetisi atau persaingan.
Termasuk dalam lingkungan sosial ini
adalah lingkungan keluarga yang merupakan unsur pertama dan utama serta paling
berpengaruh terhadap perkembangan individu. Dalam lingkungan keluarga inilah,
individu pertama-tama mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan dan
latihan. Keluarga bukan hanya menjadi tempat di mana individu dilahirkan,
dipelihara, dan dibesarkan, melainkan juga menjadi tempat individu hidup dan
dididik untuk pertama kalinya. Apa yang diperoleh individu dalam kehidupan
keluarga akan menjadi dasar bagi perkembangan individu pada kehidupan-kehidupan
selanjutnya. Keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai prototipe masyarakat
luas. Semua aspek sosial kemasyarakatan ada dalam lingkungan keluarga, seperti
politik, ekonomi, keamanan, kesehatan, agama, budaya, dan aspek pendidikan.
c.
Faktor Budaya
Lingkungan budaya merupakan
lingkungan yang berkenaan dengan segala hasil kreasi manusia, baik hasil kreasi
yang konkrit maupun yang abstrak, berupa benda, ilmu pengetahuan, teknologi,
aturan-aturan, lembaga-lembaga, adat kebiasaan, dan lain-lain. Manusia adalah
makhluk yang berbudaya dan membudaya. Mereka bukan saja meenerima, turut
melestarikan, menikmati, dan memanfaatkan hasil-hasil kebudayaan, tetapi juga
menciptakan kebudayaan. Dalam proses berbudaya dan membudaya inilah individu
berkembang dan berperilaku. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia terlahir
dengan beberapa kelebihan di antaranya adalah kemampuan berpikir, berinteraksi,
berkreasi, dan bermoral. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki manusia itulah yang
melatarbelakanginya untuk selalu berkembang jauh lebih tinggi melampaui
makhluk-makhluk yang lain.
Tingginya tingkat peradaban manusia
ditandai oleh kemajuan kebudayaan yang dapat mereka capai. Perkembangan
kebudayaan dapat menjadi tolok ukur dari kemajuan peradabannya. Keberadaan
manusia tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, manusia yang menciptakan,
melestarikan, dan membesarkan kebudayaan di manapun mereka berada. Manusia
dibesarkan dalam kebudayaan sekaligus membesarkan kebudayaan di mana mereka
berada. Kegiatan individu bukan saja memanifestasikan ciri-ciri dan sifat-sifat
pribadi dari individu tersebut melainkan juga memanifestasikan kebudayaan
lingkungannya.
d.
Faktor Politik dan keamanan
Lingkungan politik dan keamanan
merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan individu. Keduanya mempunyai
pengaruh yang tidak kalah besarnya dibandingkan dengan lingkungan yang lain
terhadap perkembangan individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Jerman, anak-anak dan remaja serta yang masih dalam kandungan ketika terjadi
perang dunia sebagian besar menderita stress dan kegugupan. Sebagian besar atau
mungkin juga seluruh anak-anak dan pemuda Palestina memiliki rasa benci
terhadap Israel. Kedua contoh tersebut menunjukkan pengaruh lngkungan keamanan
maupun politik terhadap perkembangan dan pribadi individu (Sukmadinata,
2009:51).
e.
Faktor Agama
Bagi orang-orang yang taat beragama,
lingkungan keagamaan memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan
lingkungan yang lain. Hal demikian karena kepatuhan terhadap ketentuan agama
bukan hanya dilatarbelakangi oleh kebiasaan, peniruan, penyamaan diri, rasa
senang, dan rasa bangga sebagaimana yang terjadi pada lingkungan sosial maupun
budaya, melainkan karena adanya keharusan dan rasa tanggung jawab terhadap
kewajiban-kewajiban agama. Oleh karena itu pemahaman terhadap perilaku dan
perkembangan individu perlu dilengkapi dengan pemahaman terhadap kehidupan dan
lingkungan keagamaan dari individu yang bersangkutan. Cara-cara beribadat
dengan berbagai macam ritual keagamaan serta berbagai bentuk manifestasi
keyakinan dan kepercayaan akan memberi warna terhadap kepribadian dan perilaku
individu penganutnya.
Faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal yang dpat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu tentu sangat luas sekali.
Apa yang telah digambarkan sebagaimana tersebut di atas tentu belumlah mencakup
kesemuanya. Sekalipun demikian, hal tersebut cukuplah untuk memberi gambaran
bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu selain dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor eksternal
(lingkungan). Keduanya, baik faktor internal (hereditas) maupun faktor
eksternal (lingkungan) sama-sama memiliki peran dan pengaruh dalam menentukan
pertumbuhan dan perkembangan individu.
D.
PRINSIP-PRINSIP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Prinsip-prinsip
perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan yang menyatakan
kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan atau patokan generalisasi
mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangandalam diri manusia.
Hurlock
(1991) mengemukakan prinsip-prinsip yang merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan
dan perkembangan sebagai berikut:
1.
Ada perubahan
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Manusia selalu berubah
dan mengalami perubahan sejak masa pembuahan hingga datangnya kematian.
Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak, kemudian mengalami kemunduran.
2.
Perkembangan
awal lebih kritis daripada perkembangan berikutnya
Lingkungan tempat anak menghabiskan masa kecilnya memiliki pengaruh
yang sangat kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah
menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan serta mempengaruhi sikap dan perilaku
individu sepanjang hidupnya. Bukti-bukti yang mendukung teori ini antara lain:
a.
Hasil
belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembangan individu
b.
Dasar
awal lebih cepat menjadi pola kebiasaan. Hal ini tentu akan berpengaruh
sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi individu
c.
Dasar
awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut dianggap salah
d.
Semakin
dini dilakukan upaya perubahan, maka semakin mudah bagi individu untuk
mengadakan perubahan terhadap dirinya.
3.
Perkembangan
merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Perkembangan individu sangat diperngaruhi oleh proses kematangan
yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu
yang berasal dari warisan genetik.
4.
Pola
perkembangan dapat diramalkan (diprediksi)
Perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudle
yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki yang
berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian
kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua yaitu proxmodistle
perkembangan dari yang dekat ke yang
jauh. Kemampuan jari-jemari seseorang didahului oleh ketrampilan lengan.
5.
Pola
perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan (diprediksi)
Karateristik tertentu dalam perkembangan, baik perkembangan fisik
maupun mental dapat diramalkan. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang
sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya. Perkembangan tergantung kepada
pematangan dan pembelajaran. Pematangan mengacu pada karakteristik sekuensial
pertumbuhan biplogis dan perkembangannya. Perubahan biologis terjadi dalam
urutan dan memberikan individu kemampuan baru. Perubahan otak dan sistem syaraf
sebagian besar menentukan pematangan. Perubahan-perubahan dalam otak dan sistem
syaraf individu membantu meningkatkan kemampuannya dalam berpikir (kognitif)
dan motorik (fisik) atau keterampilan. Individu harus terlebih dulu matang dalam
keterampilan tertentu sebelum dapat berkembang mengakuisisi keterampilan baru.
(Danim, 2011: 13-14).
6.
Terdapat
perbedaan individual dalam pertumbuhan dan perkembangan
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua individu, namun setiap individu
akan megikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri. Sebagian
individu berkembang dengan normal, bertahap langkah demi langkah, Sementara itu
sebagian yang lain berkembang dengan kecepatan yang melebihi batas normal, dan sebagaiannya
berkembang sangat lambat atau terjadi penyimpangan. Perbedaan terjadi karena
setiap individu memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Selain itu
faktor lingkungan yang berbeda-beda juga turut memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan individu.
7.
Setiap
perkembangan memiliki bahaya potensial
Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia
mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola yang normal. Gangguan dapat
terjadi karena faktor internal (dari dalam diri individu sendiri) dan ada pula
karena faktor eksternal (liingkungan). Bahaya ini dapat mengakibatkan
terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial sehingga pola
perkembangan individu tidak meningkat tapi datar atau tidak ada peningkatan. Jika
ini yang terjadi, maka dapat dikatakan bahwa individu yang bersangkutan sedang
mengalami gangguan penyesuaian atau ketidakmatangan.
DAFTAR PUSTAKA
Danim,
Sudarwan, 2011, Perkembangan Peserta Didik, Bandung: ALFABETA
Hurlock,
Elizabeth B, 1991, Child Development, New York:Mc Graw Hill Book Company
Reber, Arthur S., 1988, The
Penguin Dictionary of Psychology, Ringwood Victoria: Penguin Books
Australia Ltd.
Sukmadinata, 2009, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin,
2008, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tirtarahardja, Umar dan. S.L. La Sulo, 2008, “Pengantar Pendidikan”, Penerbit Rineka Cipta Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar